Senin, 04 Februari 2008

Sekilas Sejarah Yayasan Daya Susila

(Foto Pendiri Yayasan Daya Susila)

Yayasan Daya Susila
(Anno 1953)

Tahun 1953 merupakan awal peletakan batu pertama pembangunan Lembaga Pendidikan Swasta Nasional Yayasan Daya Susila, yang dilakukan oleh Bupati kabupaten garut yang menjabat saat itu.

Inisiatif pendirian lembaga pendidikan tersebut datang dari beberapa warga masyarakat garut plus mantan seorang pejabat Jawatan Kereta Api saat pemerintahan Hindia Belanda yang sangat “Indonesianis”, Meneer Dieduksman namanya.

Saat itu Negara Indonesia belumlah lama merdeka, kondisi masyarakat Indonesia umumnya pun masih terbilang sangat memprihatinkan, banyak anak-anak warga masyarakat di Kabupaten Garut yang masih buta huruf karena kesulitan untuk mendapatkan kesempatan bersekolah di jaman Hindia Belanda.

Sebagaimana telah diketahui bahwa yang bisa bebas bersekolah kala itu hanyalah warga masyarakat yang termasuk golongan tertentu, seperti golongan eropa, sebagian Timur asing dan kaum Priyayi Bumi Putra sedangkan diluar itu umumnya mereka tak bersekolah alias menjadi buta huruf.

Berangkat dari rasa keprihatinan itulah, maka sekelompok masyarakat kabupaten Garut mendirikan sebuah Lembaga Pendidikan Yayasan Daya Susila, dengan modal awal berupa sumbangan dari para pendirinya, baik lahan, material juga kelengkapan sekolah lainnya.

Bahkan tenaga pengajarnya pun merupakan putra/I, istri juga kerabat para pendiri yang telah berpendidikan sebelumnya. Mereka menjadi guru sukarela tanpa mendapatkan bayaran sepeserpun, niat mereka hanyalah; membantu mencerdaskan warga masyarakat umumnya.

Berdasarkan kebersamaan itulah, Lembaga Pendidikan Yayasan daya Susila mulai melaksanakan kegiatan proses pembelajarannya pada Th Ajaran 1954/1955 untuk tingkat SD yang saat itu disebut SR (Sekolah rakyat) dan tingkat SMP dengan nama “SEKOLAH PARTIKELIR YAYASAN DAYA SUSILA”.

Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa orientasi Lembaga Pendidikan Yayasan Daya Susila saat awal didirikannya adalah berorientasi sosial dengan tujuan membantu anak bangsa umumnya agar bisa menjadi warga yang berpendidikan.

Zaman berubah, begitu juga kondisi sosial ekonomi masyarakat pun mengalami perubahan kearah perbaikan. Namun orientasi sosial Yayasan Pendidikan Daya Susila tetaplah dipertahankan hingga kini, dan hal itu diwujudkan dalam Sistem Subsidi Silang yang diterapkan pada saat PSB (Penerimaan Siswa Baru) dan SPP siswa, juga kerja para pengurus Yayasan yang tanpa pamrih.s

Pada saat PSB, pihak yayasan Daya Susila selalu menekankan bahwa Sistem Subsidi Silang ini diterapkan dengan tujuan agar terbina rasa Kesetiakawanan Sosial juga solidaritas antar sesama warga bangsa, karena prinsip yang kuat membantu yang lemah merupakan perwujudan rasa gotong royong dan cinta kasih terhadap sesama.

Selain itu, karena Lembaga PendidikanYayasan Daya Susila merupakan Lembaga Pendidikan yang bersifat Nasional, maka Proses kegiatan pembelajaran sejak awal beroperasi pada Th Ajaran 1954/1955 hingga kini telah dilaksanakan sesuai amanat UU.SISDIKNAS No 20 Tahun 2003, Pasal 12 yang berbunyi:
(1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama;
Untuk itu maka pendidikan agama di Lembaga Pendidikan Yayasan daya Susila diberikan sesuai dengan masing-masing agama yang diyakini siswa dan diajarkan oleh masing-masing guru yang berkompeten dibidangnya.

Penyelenggaraan Lembaga Pendidikan bersifat Nasional inipun bukanlah tanpa alasan, namun ber-awal dari pemikiran para pendiri yang bercita-cita mewujudkan “Nation and Character Building” dengan dasar “Bhineka Tunggal Ika”, dan hal itu tercermin dari para pendirinya yang lintas suku dan agama.

Seiring dengan tuntutan perubahan zaman, begitu pula tuntutan perubahan dalam dunia pendidikan, oleh karena itu sebagaimana dimungkinkan oleh MBS (Management Berbasis Sekolah), Lembaga Pendidikan Yayasan Daya Susila membuka diri serta mengetuk kepedulian dunia usaha untuk turut serta mengembangkan Lembaga Pendidikan ini agar mampu tegak berdiri menyongsong perubahan paradigma pendidikan di masa yang akan datang.

Rasanya sangat layak untuk kita pahami bersama bahwa:
“Bangsa yang kuat adalah bangsa yang cerdas dan bersatu”.

Tidak ada komentar: